SEJARAH LAHIRNYA IPPNU
IPPNU
adalah salah satu Badan Otonom NU yang membidangi pelajar, santri dan remaja
puteri NU. Dalam sejarahnya, kelahiran IPPNU di mulai saat wacana perlu adanya
organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat di angkat pada kalangan NU, terutama
muslimat, fatayat, GP anshor, IPNU dan banom NU lainnya untuk membentuk tim
resolusi IPNU puteri pada kongres I IPNU pada tanggal 28 Februari – 5 Maret
1955 yang di adakan di Malang Jawa Timur. Dimana selanjutnya disepakati bahwa
peserta puteri yang hadir di Malang dinamakan IPNU puteri. Dalam suasana
kongres, ternyata keberadaan IPNU puteri masih diperdebatkan dengan rencana
semula menyatakan bahwa keberadaan IPNU puteri secara administratif menjadi
salah satu departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil musyawarah
dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya
untuk pelajar putera. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, beberapa
peserta puteri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta,
Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran Badan
Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni KH. Syukri Ghozali
(PB. Ma’arif) dan Ny.Hj. Mahmudah Mawardi (PP. Muslimat),
kemudian menghasilkan beberapa keputusan yakni :
1.
Pembentukan
organisasi IPNU puteri secara organisatoris dan administratif terpisah dari
IPNU
2.
Tanggal
2 maret 1955 M/8 Rojab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU puteri
3.
Untuk
menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selajutnya
di tetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah
Mutholib
4.
PP.
IPNU puteri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah
5.
Memberitahukan
dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU puteri kepada PB Ma’arif NU.
Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU puteri menjadi Ikatan
Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama’ (IPPNU)
Pada awalnya, sejak berdirinya IPPNU
bernaung di bawah LP Ma’arif, namun sejak tahun 1966 melalui kongresnya di
Surabaya, IPPNU berdiri sendiri sebagai salah satu Badan Otonom NU. Struktur
kepengurusannya terdiri dari Pucuk Pimpinan di tingkat pusat, Pimpinan Wilayah
di tingkat propinsi, Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota, pimpinan anak
cabang di tingkat kecamatan dan Pimpinan Ranting di tingkat desa/kelurahan
serta khusus untuk pondok pesantren, dan sekolah di namakan Komisariat.
Sejak tahun 1988 melalui kongresnya
yang ke-9 di Jombang Jawa Timur (29-31 Januari 1988), kepanjangan IPPNU
berganti menjadi Ikatan Puteri-Puteri Nahdlatul Ulama, karena harus
menyesuaikan diri dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang keormasan,
yang melarang adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS.
Namun setelah Orde Baru tumbang , di
saat kebebasan berpendapat dan berekspresi bisa diperoleh dengan mudah,
singkatan itu dikembaikan lagi seperti saat kelahirannya. Melalui kongresnya
yang ke-13 di Surabaya pada tanggal 18-22 Juni 2003, kepanjangan IPPNU kembali
seperti semula menjadi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama’.
Makna
lambang :
2.
Warna
putih: kesucian, kejernihan serta kebersihan.
3.
Warna
kuning: hikmah yang tinggi/ kejayaan.
4.
Segitiga:
Iman, Islam dan Ihsan.
5.
Dua
buah garis tepi mengpit warna kuning: dua kalimat syahadat.
6.
Sembilan
bintang: keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan.
1.
Satu
bintang besar paling atas: Nabi Muhammad SAW.
2.
Empat
bintang di sebelah kanan: empat sahabat Nabi (Abu Bakar as, Umar Ibn Affn
as dan Ali Ibn Abi Thalib as).
3.
Empat
bintang di sebelah kiri: empat madzab yang diikuti (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan
Hambali).
4.
Dua
kitab: Al-Qur’an dan Hadits.
5.
Dua
bulu bersilang: aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir.
6.
Dua
bunga melati: perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya
memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama.
7.
Lima
titik di antara tulisan I. P. P. N. U.: rukun Islam.
Para Ketua Umum PP IPPNU dari masa ke
masa :
1.
Dra.
Hj. Umroh Mahfudhoh T.Mansoer (1955 –
1956)
2.
Hj.
Basyiroh Saimuri
(1956 – 1960)
3.
Hj.
Mahmudah Nachrowi
(1960 – 1963)
4.
Dra.
Hj. Farida Purnomo
(1963 – 1966)
5.
Dra.
Hj. Machsanah Asnawi
(1966 – 1970)
6.
Dra.
Hj. Ratu Ida Mawaddah Noor
(1970 – 1976)
7.
Dra.
Hj. Misnar Ma’’ru Bachtiar
(1976 – 1981)
8.
Dra.
Hj. Titin Asiah Wahiduddin
(1981 – 1988)
9.
drg.
Hj. Ulfah Mashfufah
(1988 – 1996)
10.
Dra.
Hj. Safira Machrusah
(1996 –
1999)
11.
Ratu
Dian Hatifah
(1999 – 2003)
12.
Siti
Soraya Devi
(2003 – 2006)
13.
Hj.
Wafa Patria Umma, S.Pd.I
(2006 – 2009)
14.
Margaret
Aliyatul Maimunah
(2009 – sekarang)
No comments: