Header Ads

test

Para Pahlawan Nasional dan Dana Rp 1,5 Triliun


 @NUonline
Oleh M Sulton Fatoni

Setelah Perppu tentang Ormas disahkan dan pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia, Saya dibanjiri bully tentang PBNU yang menerima dana Rp 1,5 Triliun. Apalagi bully terhadap PBNU itu juga datang dari Emha Ainun Nadjib yang populer dipanggil Cak Nun.

Negara telah menghormati perjuangan kiai-santri hingga mewujudkannya dalam simbol Pahlawan Nasional:

1. Pangeran Diponegoro
2. KH Hasyim Asyari Jombang
3. KH Abdul Wahab Chasbullah Jombang
4. KH Zainul Arifin Tapanuli Selatan
5. KH Zainal Mustofa Tasikmalaya
6. KH Asad Syamsul Arifin Situbondo
7. KH Wahid Hasyim Jombang
8. KH. Idham Cholid Banjarmasin

Delapan pahlawan dari para kiai di atas telah menghadiahkan negara dalam bentuk sekarang ini. Bahkan mereka juga berjuang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Delapan kiai di atas hanya simbol kehadiran kiai dalam perjuangan, di luar itu terdapat ribuan kiai terlibat dalam perjuangan. Kiai saya, Abdul Djalil, Sa'doellah Nawawi, Hasani Nawawi, dari Sidogiri, pun ikut berjuang dan berkorban.

Kiai-kiai generasi berikutnya menghormati kiai-kiai sebelumnya. Saat Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Pahlawan Nasional KH Asad Syamsul Arifin jadi tuan rumah penegasan bahwa Pancasila dan Islam itu tidak perlu dipertentangkan. Indonesia saat ini adalah final.

Muktamar Nahdlatul Ulama 1999 di Lirboyo para kiai menentang gerakan transnasional yang mulai berani muncul dengan aksinya yang tidak mensahkan ibadah Muslim Indonesia (saat itu sudah mulai banyak muncul orang yang secara demonstratif menunjukkan bahwa ibadah Muslim Indonesia harus ikut negara di Arab sana).

Para kiai kembali itba' kepada kiai-kiai pejuang saat Munas Alim Ulama NU 2015 yang tidak setuju terhadap gerakan kelompok atau perorangan di Indonesia yang mengusung khilafah (HTI). "Itu mau merobohkan Indonesia negeri kita." Kata para kiai.

Suara-suara para kiai di sepanjang tahun itu sebagai salah satu bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para kiai dan santri yang telah berjuang dengan jiwa harta merebut mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

Lalu, sudah kewajiban NU untuk mendukung pemerintah yang membubarkan kelompok manapun--termasuk HTI--yang nyata mau merobohkan Indonesia, negeri warisan para kiai. Bagi NU, menjaga NKRI itu panggilan jiwa. Tak peduli dibully, dipojokkan, dicacimaki, dihina karena sesungguhnya dari masa ke masa pengurus NU itu tak sepi dari hinaan dan cercaan, ancaman fisik dan usaha pembunuhan. Ya, sampai kini.

Uang Rp. 1, 5 Triliun saat ini jadi mars membully NU. Penciptanya para aktivis perusak negeri, penyanyinya para pembenci NU dan pembenci pengurus NU, baik mereka yang genetiknya memang benci NU maupun orang-orang yang ngaku Nahdliyin namun tidak paham NU.

Selalu sejarahlah yang membuktikan ijtihad para kiai NU. Sejarahlah yang membuktikan bahwa para pencaci dan pengancam NU selalu mengalami kenistaan.

Penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

No comments:

Powered by Blogger.